Sweet But Psycho
“Ersya...ada temen kamu nih dateng” seru wanita paruh baya yang Garry yakini sang ibu dari pemilik rumah.
Tanpa menunggu lama yang dipanggil pun muncul, mempersilahkan Garry masuk ke dalam dan ikut naik ke lantai 2 tempat dimana kamar Ersya berada.
“Udah bawa barang yang gw suruh?”
“Udah nih ada” Ucap Garry sambil menunjukkan barang bawaan ditangannya.
“Yaudah, ngerjain di meja belajar aja”
Ersya mengajak Garry menuju meja belajar yang terletak di sudut ruangan mengahadap ke arah luar jendela dirumahnya. Garry pun mulai membuka buku yang disuruh Ersya untuk bawa.
“Bagian mana yang ga ngerti?” Tanya Ersya
“Semuanya”
“What? Lo ngapain aja sih disekolah”
“Main, ngerokok, cabut, tidur, mak-”
“Stop, gw ga mau tau. Mending lanjut aja”
Garry menuruti perkataan Ersya untuk berhenti berbicara dan mulai fokus dengan apa yang Ersya jelaskan untuk menyelesaikan tugasnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tak terasa sudah selama 3 jam mereka mengerjakan tugas—punya Garry lebih tepatnya— bersama. Akhirnya tugas yang dikerjakan pun telah selesai.
Ersya bersiap-siap untuk merapihkan meja belajarnya yang penuh dengan buku dan alat tulis milik Garry.
“Ersya..”
Aksi merapihkan meja belajarnya pun berhenti, Ersya mencoba menengok ke samping kanan—arah Garry berada.
“Kenapa?”
Netra mereka bertemu. Menatap satu sama lain selama beberapa detik. Garry mendekatkan dirinya ke arah Ersya, lalu menciumnya pelan tanpa permisi. Ersya tampak tidak terkejut dengan kehadiran bibir lembut milik Garry yang sedang bersinggah di bibirnya itu. Ersya malah dengan senang hati menerimanya.
Garry tak menyangka Ersya akan membalas Ciuman yang baru saja dia berikan. Yang Garry tau, Ersya hanyalah seorang anak kutu buku disekolahnya. Bagaimana bisa dia memainkan bibirnya selincah ini? Layaknya orang yang sudah hatam sekali akan hal ini.
“Your face is funny. How is it? You think I'm a beginner? Hahaha. Let me show you. Who is Ersya”
Ersya berdiri dari posisi duduknya, berpindah duduk diatas meja tepat di depan tubuh Garry berada. Tangannya mulai menarik dagu Garry mendekat ke arah mukanya.
“You look so handsome here” Ucap Ersya sambil memainkan bibir Garry dengan tangannya.
Garry hanya melihat Ersya dengan tatapan menggoda.
“Try me then. Make me drink your potison”
Ersya tersenyum. Merasakan permainan akan segera dimulai.
Tanpa basa-basi. Ersya langsung mendekatkan dirinya lebih lagi ke Garry, lebih tepatnya ke arah leher Garry. Ersya menghisap lehernya dengan agresif. Menikmati setiap aroma yang keluar dari tubuh Garry.
“Fuckkkk so goodd” Ucap Garry sambil menikmati ciuman Ersya dilehernya.
Mendengar hal itu, Ersya mulai menjilati bagian ungu bekas hisapannya tadi. Memutar-mutarkan lidahnya secara menyeluruh.
Garry yang sudah puas dengan hisapan yang diberikan Ersya, sekarang menariknya ke dalam pangkuannya. Melepaskan Ersya dari lehernya dan menciumnya kembali. Lidah mereka bertemu, Ersya melilitnya dengan nafsu sambil menaik-turunkan tubuhnya tepat diatas benda panjang milik Garry.
Garry merasakan kenikmatan dua kali lipat, benda panjangnya menegang. Ersya yang merasakan hal itu, memindahkan tangannya ke benda panjang milik Garry. Meremasnya, lalu mengocoknya.
“Oh my god fuckk Ersya hahhh-hahhh. Stoppp”
“Oke. Hahhhh-hahhhh. How is it? Is good right?”
“You're insane. Where did you learn all this?”
“You're tellin' me that I'm insane. Don't pretend that you don't love the pain”
“You didn't answer the question”
“It's secret” Jawab Ersya berbisik di telinga Garry
“Now you go home, sesi belajarnya udah selesai” Lanjutnya
Setelah selesai semua adegan yang terjadi. Ersya mencoba bangun dari pangkuan Garry, tapi ditahan lebih dulu oleh si empunya.
“About that. Can i get that study kissing section again?”