Like the sun and the earth

Terdengar suara mobil berhenti dan terparkir tepat di depan gerbang rumah Rion. Tak lama setelah itu, suara bel pun berbunyi.

Tinung....

“Mama? Papa?” Sahutnya

Setelah mendengar suara bel di pintu depan berbunyi, Rion bergegas turun kebawah dengan semangat. Sudah 2 minggu papa dan mamanya tidak pulang ke rumah setelah kepergian mereka ke luar kota dan hanya Rion lah yang tinggal sendiri di dalamnya. Karna Rion anak tunggal, semua harus bisa dilakukan sendiri.

Saat pintunya di buka. Senyum bahagia itu pun sirna. Ternyata yang datang bukan lah orang tuanya, melainkan Mahen.

“Ngapain kesini?” Jawab Rion dengan nada ketusnya.

“Ayo ikut”

“Males”

“Katanya tadi kangen, udah ayo ikut” Ucapnya mengajak sambil menyalurkan telapak tangannya, agar bisa Rion genggam.

Rion sempat ragu dibuatnya. Tapi Rion pun tak akan bisa menolak dibuatnya. Sudah saatnya untuk menyudahi egoisnya dan menerimanya kembali.

Rion menyentuh tangan mahen, lalu menggenggamnya dengan erat. Mahen yang merasakan itu pun ikut tersenyum.

“Jangan ngambek lagi”

“Siapa yang ngambek sih”

“Udah ga usah ngelak mulu, tadi disamperin aja mukanya langsung cemberut gitu”

“Ga tau ah, udah ayo mau kemana” jawab Rion mengalihkan topik, tak mau muka merahnya diliat sama si empunya.

“Ke hatimu aja gimana?”

Rion emang harus banyak-banyak menahan rasa degub di hatinya kalau udah berhadapan dengan buaya rawa level tinggi di depannya ini yang lain dan tak bukan Mahen. Sumpah Mahen makin menjadi-jadi setelah bersamanya.

“Udah mending kamu pulang, aku mau masuk”

“Eh jangan dong, iya iya ayo. Tapi kemananya itu rahasia”

Karna sudah lelah dengan teka-teki yang selalu diberikan Mahen. Akhirnya Rion hanya mengikuti kemana Mahen membawanya.


Di mobil

“Kamu penasaran pasti kan kenapa aku dari kemaren ga ngomong aku lagi ada kegiatan apa” Ucap Mahen membuka pembicaraan.

Rion hanya diam. Menunggu Mahen melanjutkan pembicaraannya. Lagian Rion juga tak tau harus menjawab apa.

“Aku cuma pengen kamu tuh percaya sama apa yang aku lakuin. Tapi karna kamu begitu, aku ga punya pilihan lagi selain harus bilang”

Rion masih diam. Matanya mulai memanas. Mengeluarkan genangan air yang belum sempat tumpah disana. Rasa bersalahnya pun mulai memuncak. Salah memang dia berperilaku seperti itu, harusnya dia percaya. Bukan malah menyudutkannya dengan egois.

“Kamu tau kan bentar lagi ada apa? Bentar lagi bulan agustus. Ulangtahun kamu sama aku. Aku pengen bikin surprise ke kamu. Eh malah kamunya ngambek. Jadinya ga surprise kan”

Mendengar hal itu ada perasaan lega di hati Rion. Tapi, air mata yang tadi ia tahan, sudah keluar dengan derasnya.

“Loh kok nangis. Hey kenapa? Aku salah ya?. Iya emang aku salah. Udah jangan nangis” Ucapnya sambil mengusap air mata Rion di pipinya.

“K-kamu tuh k-kenapa sih?”

“Iya aku salah aku minta maaf ya. Udah jangan nangis lagi dong”

“Enggak, kamu tuh kenapa sih selalu ngebuat aku ga bisa lepas dari kamu itu kenapa. Capek banget aku suka terus” Air mata Rion yang tadi sudah mengering pun, mulai lepas kembali.

Bukan perihal kesalahan Mahen yang membuat Rion jadi nangis. Ternyata emang anaknya aja yang bucin.

“Gemes banget ya tuhan. Sini-sini mau peluk ga?”

Rion melihat ke arah Mahen—yang sudah mengulurkan tangannya ke depan. Menatapnya sebentar. Lalu, langsung memeluknya dengan erat, tak lupa dengan tangis derasnya. Entah mengapa dia menangis. Mungkin karna rasa bersalahnya sudah tidak percaya kepadanya terlebih dahulu.

“Udah jangan nangis. Aku punya sesuatu buat kamu. You know Jaz's song yang judulnya Teman bahagia?” Tanya Mahen dengan posisi yang masih sama seperti tadi. Rion berada dipelukkannya.

“Hmmm...”

Mahen pun mulai memutar lagu Jaz – Teman Bahagia di mobilnya.

“Lirik yang ini”

Mentari pun tahu kucinta padamu Percaya Aku takkan kemana-mana Aku kan selalu ada Temani hingga hari tua Percaya Aku takkan kemana-mana Setia akan kujaga Kita teman bahagia

“You know what? Like the sun and the earth that will never be separated. I'll be always loving you. Like we always do when we were still a happy friend. So, Percaya sama aku. Setia akan kujaga. Karna kita teman bahagia” Lanjut Mahen

“Mahen”

“Iya?”

“I love you”