Flower and Mine

Tuk...

Sebuah lembaran batu kerikil mendarat tepat di kepala teman sebayanya itu yang sedang dilanda putus cinta perkara pacarnya selingkuh dengan teman satu kelasnya.

“Aw sakitt..” Ucapnya sembari mengusap-usap kepalanya yang kena lemparan batu tadi.

“Jangan bengong, banyak setan disini”

“Ga ngaruh kali, udah diem gue mau meditasi dulu”

Setelah mendapat perintah seperti itu. Akhirnya tempat itu sunyi kembali. Mahen yang karna bosan didiemi temannya itu, mulai menyetel lagu asal diplaylist spotify-nya.

Merasa terganggu dengan suara berisik yang datang dari lagu tersebut, membuat Rion tidak bisa lagi konsen dan mulai memusatkan pikiran dan raganya ke Mahen.

“Berisi tauk”

“Sengaja biar lu ga mikirin terus”

“Cih bawel, udah ah gw mau ke tengah pantai aja”

Selepas perkataannya itu, Rion berdiri lalu pergi berniat mencari tempat sunyi menghindar dari gangguan sahabatnya itu dan mulai mencoba untuk fokus menikmati ketenangan pemandangan alam dan angin sepoi-sepoi disekitarnya.

Mahen yang tau temannya menjauh pergi meninggalkannya, mulai ikut berjalan mengikuti kemana arah Rion pergi dan mulai menyetel lagu Lucky by Jason Mraz tepat dibagian lirik yang berbunyi :

And I'm sailing to through the sea To and island where we'll meet You'll hear the music in the air I'll put the flower in your hair

Mendengar suara alunan musik mendekat, secara refleks Rion langsung melihat ke arah sumber suara. Sudah dia duga. Mahen mencoba mengganggunya sekali lagi.

“Bisa ga si, lu ga usah ganggu. Ini gue‐”

Ucapannya tercekat sesaat Mahen menaruh bunga Edelwis—yang sembarang ia dapat— di selipan daun telinga milik Rion, tepat pada saat lirik terakhir berbunyi.

Rion hanya terpaku, diam dan tidak mengerti harus apa. Mahen memang sudah biasa melakukan hal tak terduga seperti ini, tapi kenapa kali ini rasanya berbeda? Kenapa kali ini hatinya berdegup dengan kencang?

“N-ngapain sih?” Protes Rion

“Cantik”

Mendengar hal itu, jantung Rion tambah berdegup tidak karuan. Mukanya mulai memerah, mulutnya tersenyum tipis menyiratkan tanda bahagia disana.

“Bunganya yang cantik, ga usah geer” lanjut Mahen.

Emang harusnya sedari awal Rion tidak pernah berharap sama kelakuan anak buaya satu ini.

“Tapi boong, iya lu cantik. Semua yang ada di lu tuh cantik. Tapi sayang...”

“Sayang kenapa?”

“Iya sayang jadi pacar aku yuk?”

Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Rion. Mulutnya bisu. Matanya bengong tak percaya, alisnya menyiratkan tanda tanya. Ini beneran apa kibulan? Pikirnya.

Karna tidak ada jawaban dari sahabatnya itu, Mahen mulai berbicara lagi.

“Gue serius. Sama kaya di lirik lagu Lucky by Jason Mraz yang ini”

I keep you with me in my heart You make it easier when life get hard Lucky I'm in love with my bestfriend Lucky to have been where i have been Lucky to be coming home again

Mahen menyanyikan lagu itu diiringi penyanyi aslinya. Matanya tak lepas menatap dua manik putih berbinar di bola mata milik Rion.

“You're my home Rion. I want you to be mine. Can i?”

“Sejak kapan?”

“Sejak....jawab dulu, baru kasih tau”

“Iya mau” Ucapnya malu-malu dengan suara kecilnya.

Mendengar hal itu, otak jail Mahen pun mulai bekerja.

“Mau apa? Ga denger.”

“Mau elah mau lu ga usah ngajak berantem. Cepet jawab sejak kapan itu gue penasaran”

Emang benar adanya pepatah yang mengatakan, Jangan bangunkan harimau yang sedang tidur. Ya, ini contohnya.

“Sejak...apa hayo?”

Persetan dengan pepatah. Karna makhluk didepannya ini lebih lucu untuk digoda.

Rion memutar bola matanya, malas dengan perkataan Mahen yang begitu-begitu saja tidak ada perkembangan.

Udah tau Rion penasaran, pake diajak main. Diajak berantem baru tau rasa.

Rion mencoba berdiri berniat ingin pergi, tapi dicegat terlebih dulu oleh Mahen.

“Sebenernya ga tau Sejak kapan. Tapi gue udah mulai nyaman dari pertama kita temenan. Awalnya gue kira ini cuma rasa sayang gue ke temen. Tapi ternyata beda. Rasanya sakit waktu lu liat sama yang lain dan rasanya bahagia waktu lu sama gue itu ada disini. Udah gitu aja. Puas?”

“Lucuuu, muka kamu merah” Canda Rion gantian membuat yang di goda mukanya semakin memerah.

“Love you, my Mahen. Thank you for always by my side. Unexpectedly, it turns out that you've been my home from the start”

Tanpa basa-basi. Mahen langsung menarik Rion ke dalam pelukannya dan menciumnya selembut mungkin, menyiratkan rasa sukanya yang telah lama terpendam dan tak berharap akan di balas. Akhirnya semua itu sirna.

The love if his life is in front of him now