But, I'm still want you

Keramaian mulai memenuhi gedung pernikahan Galen & Dhafin. Para tamu yang datang mulai mengisi tempat duduk kosong berwarna putih berenda dikekelilingi bunga putih yang sudah disediakan. Makanan dan minuman sudah berjejer rapih di samping kiri ruangan.

Seperti pernikahan pada umumnya, terdapat panggung khusus untuk pengantin yang ditaruh ditengah ruangan sebagai penanda peran utama dari acara ini.

“Dhafin dimana bun?”

“Masih di dalem ruang rias. Mau ketemu?”

“Iya, aku kesana dulu ya”

Seorang pemuda tampan bersetelan jas itu pergi meninggalkan wanita paruh baya yang baru saja ditanya olehnya tadi untuk menemui si pemeran utama dari acara ini, yaitu Dhafin. Dia mulai memasuki ruangan rias seperti petunjuk yang diberikan wanita paruh baya itu.

“Hai, gimana masih nervous?” Tanya pemuda itu tiba-tiba.

Sang mempelai melonjak kaget dengan kehadiran pemuda itu.

“Astaga, ngetuk dulu bisa kali” Protesnya

“And yes, I'm still nervous” Lanjutnya

“Don't be nervous, everything's gonna be okay. Got it?”

Sang mempelai hanya mengangguk ragu. Tapi, dia tetap percaya dengan ucapan si pemuda itu.

“I've something for you. Jangan lupa dibaca pas pulang” Ucap sang pemuda sambil memberikan secarik surat putih buatannya.

Sang mempelai menerima dengan senang hati, lalu menaruhnya di tas miliknya.

“Let's go, bentar lagi mau mulai” ajak si pemuda

“Okay let's go”

Diraihnya lengan sang pemuda, digenggamnya erat. Berharap semua berjalan dengan baik-baik saja sesuai dengan perkataan si pemuda.

Mereka keluar dari ruangan rias itu menuju ke tempat acara utama diselenggarakan. Dimana tempat mereka akan mengikat janji se-hidup se-mati melalui ciuman sepasang insan baru dengan cincin yang menyertai kisah janji mereka.

Pintu gedung aula terbuka lebar, memperlihatkan satu insan cantik berdiri tegak ditengah didampingi pemuda yang bersamanya tadi. Mengantarnya sampai ke tengah ruangan, tempat mempelai lainnya berdiri menunggu kedatangannya.

Akhirnya, ikatan itu pun terikat. Janji suci mereka taruhkan didepan para pengamat. Sorak-sorai dan tepuk tangan memadati se-isi ruangan. Pengantin didepannya ini, sudah resmi menjadi pasangan se-hidup se-mati.

Ucapan selamat tiada hentinya didengar oleh kedua mempelai. Ucapan terimakasih tak lupa mereka berikan atas diterimanya doa dan restu dari semua yang hadir disini. Termasuk, sang pemuda.

“Selamat menempuh hidup baru buat kalian berdua. Galen, titip Dhafin ya. Jaga dia baik-baik” Ucap sang pemuda meminta.

“Pasti, cepet nyusul juga ya”

Sang pemuda hanya menjawab dengan senyuman pahit di mulutnya.

“For you Dhafin, be happy always. Aku pamit pulang duluan, soalnya ada urusan. Jangan lupa dibaca”

“Iya, makasih udah dateng Agam”

“Sama-sama, aku pamit ya”

Dhafin memberikan senyuman salam perpisahan buat Agam.