About me, about us, about LOVE

Suara sunyi menyelimuti mereka berdua—Khanza dan Ersya saat memasuki area dilarang bersuara itu. Aroma semerbak dari buku lama yang bertengger di setiap sisinya, meruak masuk ke indra penciuman mereka. Selain membaca bukunya, Khanza juga suka aromanya. Menghirupnya adalah salah satu aktivitas favoritnya. Karna setiap aroma yang dikeluarkan setiap buku, memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Tergantung seberapa lama buku itu sudah singgah di tempat itu.

Sembari menunggu jam menunjukkan pukul 5, Khanza menghampiri rak buku yang bertuliskan “Romance” diatasnya. Memilah setiap judul buku yang menarik perhatiannya.

“Kak, mau ngomong” Ucap Ersya sedikit berbisik

“Apa?”

“Garry ngajak jalan sekarang, hehe. Kakak aku tinggal gapapa ya?”

Khanza hanya mengangguk mengiyakan. Sudah jadi makanan sehari-hari jika tiba-tiba si Ersya minta balik karna mau jalan sama Garry, pacarnya. Memang sudah nasib menjadi orang berstatus “single” ditemani orang berstatus “taken”.

Setelah kepergian Ersya dan pengambilan buku dari rak tadi. Khanza memutuskan untuk duduk di dekat rak buku, tempat ia mendapatkan note itu kemarin. Supaya bisa memantau dari dekat jikalau orang itu benar-benar datang.

Saat sedang asyik membaca, sudut mata Khanza menangkap seorang pemuda tinggi sedang berdiam diri sambil memegang buku berisikan note yang ditulis Khanza kemarin. Tanpa menunggu lama, Khanza langsung menghampiri pemuda tinggi itu.

“Hai, suka baca buku itu juga?” Tanya Khanza basa-basi sebelum memasuki pertanyaan intinya.

“Iya, ini genre yang kamu suka kan?”

“Jadi kamu si E?”

“E for Erga, salam kenal ya”

“Iya, salam kenal juga. Aku Khanza”

“Nama cantik yang selalu aku lihat disetiap catatan peminjam buku”

Khanza yang mendengar hal itu hanya bisa diam membisu. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Mukanya mulai menunjukkan reaksi kemerahan, tersipu malu dengan ucapan seseorang yang baru ditemuinya tadi.

Karna tiada jawaban yang kunjung datang dari Khanza. Membuat suasana canggung mulai menyelimuti mereka. Tempat sunyi itu menjadi saksi bisu kecanggungan mereka.

“Eee....keluar mau?” Tanya Erga angkat bicara.

“Kemana?”

“See the stars from high above?”

Hati Khanza ragu. Ingin rasanya menolak dan meninggalkannya sendiri disini. Tapi Khanza tak enak hati untuk meninggalkannya. Jadi, ia memutuskan untuk berkata setuju.

“Boleh”

Khanza melihat senyuman manis mengembang di mulut Erga. Memperlihatkan dua lesung pipi disamping kanan kirinya.

“Ayo kita jalan, keburu malam nanti”

‐——————

Melihat pemandangan bintang dilangit dari atas gedung, tanpa adanya hujan dan awan. Disana lah Erga dan Khanza berada. Menikmati setiap detik pemandangan indah yang diberikan semesta kepada mereka.

“Boleh aku bertanya sesuatu?” Ucap Khanza membuka pembicaraan.

“Iya, silahkan”

“Kamu tau aku udah dari lama?”

“I know you from the start. Dari pertama kali kamu datang ke perpustakaan. Dari Pertama kali aku lihat kamu mengambil buku pertamamu dan duduk di bangku pertamamu. Semua berawal dari pertama”

“Tapi kenapa aku ga pernah lihat kamu?”

“Kamu terlalu fokus dengan buku didepanmu sampai melupakan sekitar. Itu alasan kenapa kamu tidak melihatku disana”

“Bener sih, kata adik aku juga begitu”

“Tapi aku suka muka serius kamu waktu baca, terlihat jelas muka bahagiamu disana. Kamu sangat suka baca buku ya?”

“Iya, rasanya kalau ga baca buku kaya ada yang kurang gitu”

“Begitu ya. Aku senang kamu melihat catatan dari aku kemarin. Aku sempat ragu kamu tidak akan memperdulikannya. Ternyata yang terjadi malah sebaliknya”

“Sebenarnya aku disuruh adikku. Katanya supaya bisa dapat pacar yang sefrekuensi. Haha”

“Mau mencobanya denganku? Aku tidak bisa jamin bagaimana kedepannya, tapi setidaknya kita sudah satu frekuensi. Bagaimana?”

“Oh iya. Aku lupa memberitahu, aku sudah jatuh cinta dari pertama kali kamu datang dihadapanku. Apa kamu mau jadi yang pertama juga buatku?” Lanjut Erga

“Can you give your hand?”

Walaupun Erga sempat bingung dengan pertanyaan yang dituturkan Khanza setelah menyatakan pengakuan cinta kepadanya. Tetapi, Erga tetap menuruti permintaan Khanza dengan menyodorkan satu tangan ke arahnya.

Khanza tersenyum manis. Matanya fokus melihat ke dua bola mata milik Erga. Diraihnya tangan Erga, lalu digenggamnya.

“Let's go, take to the new place. Just about me, about us and about our new LOVE”